BERDAKWAH ITU BUTUH NYALI

BERDAKWAH ITU BUTUH NYALI

Oleh : Ustadz Wawan

" aku kui pancen asu kirik sing isane njegok " , begitulah saya menerima ujaran langsung itu . Petikan dari sebuah perbincangan di GROUP WA . Kira ~ kira begitu intinya . Soal redaksi aslinya bisa berubah ketika berada di tangan saya , mohon dimaafkan .
Ibarat teks kitab suci , pernyataan itu memiliki asbabun nuzul ( baca : latar belakang munculnya ayat ) . Laksana hadits , nukilan perbincangan itu ada asbabul wurudnya ( baca : latar belakang munculnya hadits ) . Teks yang berkonteks . Bila diterjemahkan akan beralih menjadi , " memang aku ini bisanya menjadi anjing kecil yang menyalak " .
Sekali lagi , saya ikut langsung dari percakapan itu . Asli dari sumbernya dan bukan katanya ~ katanya . Pernyataan itu menggiring saya untuk sejenak teringat dengan berbagai Demo Mei 1998 . Demo ~ demo yang membuat kegagahan Presiden Soeharto selama 32 tahun ambruk . Ambruk tunduk di tangan rakyatnya sendiri . Saat itu , saya masih menjadi mahasiswa semester awal di IAIN SUKA . Kalau tidak ada mahasiswa " anjing menyalak " , mana mungkin ada nyali mengganti kekuasaan orde baru . Nyali anjing menyalak itulah yang menggerakkan protes nasional . Nyali anjing menyalak itulah yang berani tampil untuk menyuarakan kebenaran . Saya berani berkeyakinan , orde baru takkan tumbang oleh mahasiswa yang penuh kesopanan , kelembutan , kepura ~ puraan , kepalsuan dan kecengengan . Dan senyatanya , gerakan mahasiswa bertipe anjing menyalaklah yang mampu mengorganisir nyali perjuangan .
Dengan demikian , anjing menyalak hanyalah sebuah bentuk keprihatinan masif yang ditampilkan dalam perlawanan yang keras , jujur tanpa tedeng aling ~ aling , terbuka , kritis dan menyakitkan . Itulah kecintaan yang berbentuk tampilan kasar . Itulah kelembutan prinsip yang tertutupi amarah . Dengan itulah saya berkeyakinan bahwa , " perjuangan untuk menyampaikan kebaikan dan menegakkan kebenaran itu tak cukup dengan intelektualitas , namun juga butuh mentalitas tertentu " . Intinya , pintar saja belum cukup . Hafal Al Qur an saja belum sempurna . Butuh nyali . Butuh nekad . Butuh niat. Butuh istiqomah .
Dalam memperjuangkan kebaikan , tegas itu penting . Dalam memperjuangkan kebenaran , nekat itu penting . Sedangkan tegas dan nekat , hanya muncul dari pribadi bernyali .
Beberapa minggu sebelum Ramadhan 2016 , saya setiap hari berdoa , " Ya Allah jadikan ketiga anakku ENGKAU beri kepantasan untuk melanjutkan jejak dakwahku kelak . Bahkan lebih sukses dariku " .
Hasilnya , 2 peristiwa mengejutkan muncul . PERTAMA , pas hari pertama tarawih , salah seorang dari anak kembar saya dijahit 4 bagian di kepala kanannya . Awalnya dia memanjat kursi dan akhirnya jatuh . Kepala bagian kanan terkena kaki kursi . Malam itu juga , kepalanya dijahit 4 bagian . Coba pikir , saya memfokuskan diri berdoa supaya mereka berkepantasan menjadi pengganti dan penerus saya , namun Allah berkisah lain . Apa arti dari ayat kauniyah ini ? .
KEDUA , 2 minggu setelah lebaran , anak perempuan saya berusia 1 tahun jatuh dari mobil . Di dalam mobil , si kecil berpegangan pintu mobil sebelah kiri . Begitu uminya membuka mobil , terkejutlah ia dan terjatuh di pinggir jalan Malioboro . Pakaiannya basah . Kami semua melongo . Dosa apakah ini , sehingga Allah menghukum kami ? .

Saya menyaksikan , kedua anak saya itu kembali ceria beberapa saat setelah kejadian itu . Tak ada trauma . Tak ada jera . Tak ada manja berkepanjangan . Mereka menangis secukupnya . Mereka gemetar seperlunya . Tidak lebay . Tanda apakah itu ? . Saya butuh beberapa hari untuk mampu menafsirkan 2 peristiwa itu . Hanya istighfar yang saya kuatkan . Karena , barangkali ini hukuman Allah buat kami ortu mereka . Dan akhirnya saya menyimpulkan , ternyata mereka memiliki mentalitas tertentu . Yaitu , cuek , bernyali , pantang menyerah , nekat dan tegar . Saya baru tahu , ternyata musibah merupakan alat untuk melihat potensi diri mereka . Dari situ , saya bisa menangkap pesan bahwa , syarat utama bagi mereka untuk bisa berdakwah ya bermentalitas tertentu . Mentalitas sebagai prioritas dan bukan intelektualitas . Itulah baik sangka saya kepada Allah . Itulah signal dari Allah buat saya . Supaya saya mendidik mentalitas mereka agar " siap pakai " di medan dakwah . Akhirnya , saya menyadari . Dalam dakwah , terkadang dibutuhkan galak . Terkadang , dibutuhkan mentalitas anjing menyalak dalam melawan deislamisasi ( baca : pemurtadan ) . Sekali lagi , pintar saja tidak cukup . Intelektualitas saja belum cukup .
Kini saya semakin yakin , mental bagus itu syarat utama berdakwah . Di samping intelektualitas . Apalah artinya belajar tauhid , kalau menghadapi anak buah Nyai Roro Kidul saja takut . Apalah artinya belajar aqidah , kalau membakar jimat saja takut . Apalah artinya iman tanpa nyali . Apalah artinya taqwa tanpa ketegasan .
Galak itu kadang dibutuhkan .
Nekat itu kadang perlu dipentingkan .
Tekad kuat itu sangat menentukan .
Nyali besar itu modal besar buat menghadapi syetan golongan jin dan manusia .
Pasrah Allah itu alat untuk memfinishing ikhtiar .
Sabar itu alat melipatgandakan kekuatan .
Optimis itu alat berbaik sangka kepada Allah .
Sam Waw
Kahyangan , 25072016
Previous
Next Post »