TUHAN SUDAH MATI SERI 3
Oleh : Ustadz Wawan
Dalam suatu obrolan ringan di sebuah dusun di Klaten , saya
tersentak dengan pertanyaan dari seorang teman kepada saya , " mas
ngengingi kawontenan kados punika , ing samangkenipun anggen kula ngragati lare
sekolah wiwit SD dumugi salajengipun ngangge punapa ? ". Jika
diterjemahkan , kurang lebih menjadi begini , " mas mengingat kondisi
seperti sekarang ini , nantinya saya akan membiayai anak saya untuk sekolah SD
dan seterusnya dengan apa ? ".
Pesimisme ini muncul karena harga ~ harga sembako naik dan bea
hidup melambung jauh. Itu terjadi pada awal tahun 2000an. Sebuah jeritan kaum
alit. Realitas yang realistis !.
Tetapi lucunya , nada pesimis itu muncul dari beliau yang secara
lahiriyah aktifis partai serta aktifis TPA dan masjid.
Secara lahiriyah , dakwah beliau memberi semangat umat untuk
bangkit. Bangkit menjadi lebih giat beribadah . Namun , justru beliau sendiri
melempem mentalnya.
Lalu , Tuhan Allah lari kemanakah saat sang aktifis ini ragu ?.
Tuhan Allah tak ada di benaknya. Ia lupa bahwa Allah itu Ar Razzaaq ( Maha
Memberi Rizqi ) dan bukan Ar Raaziq ( Pemberi Rizqi ). Kalau pesimisme ini
lahir dari personal yang gagap ibadah , saya masih bisa memaklumi. Namun ,
pesimisme ini justru muncul dari personal yang oleh komunitasnya diakui sebagai
" tokoh agama ". Juga sebagai pemuka agama .
Lalu dimanakah keberadaan Allah yang seharusnya ada di jiwa raganya ?. Allah yang seharusnya hadir mensupport mentalnya. Allah yang seharusnya memberi " magis Allah " dalam mengawal kesehariannya ?. Allah yang seharusnya menuntaskan problematikanya .
Allah telah hilang dari dirinya. Allah telah tiada. Allah telah
terpisah dari dunianya . Allah telah mati. Otaknya terisi ragu dan bukan terisi
Allah. Sekali lagi , Allah telah mati.
Agama , ternyata baru memfasilitasi pemeluknya dengan "
identitas lahiriyah " . Berupa keislaman personal yang tertulis di kolom
KTP , KK , SIM , paspor , buku nikah , blanko BPJS dst. Yang Islam baru
lahirnya. Mentalitasnya ? , belum. Marilah kita merenung !. Saya pribadi juga
merenung dan berusaha untuk introspeksi diri. Benarkah Tuhan Allah selalu ada
di keseharian saya. Ataukah , malah sudah terhapus ?.
Itulah Islam di ranah AKTUAL. Hadir karena ditafsir dan
diterjemahkan dengan bahasa manusia . Kalau di ranah KONSEPTUAL , seharusnya
√ Shalat Sunat 2 rakaat sebelum Subuh , seharusnya mampu membuat
bekerjanya seorang hamba menjadi penuh semangat. Mari , saya temani ANDA untuk
membuka hadits tentang ini !.
√ Shalat Tahajud seharusnya membuat seorang hamba optimis
melewati Tsunami Hidup. Mari , saya temani ANDA melihat janji Allah bagi ahli
tahajud yang ada di kitabullah dan sunnah !.
√ Shalat Wajib seharusnya menjadikan pelakunya serasa habis
mandi alias bersih dari kotoran dan tambah giat melewati waktu . Mari , kita
luangkan membaca beberapa hadits tentang ini !.
√ Berdzikir seharusnya membuat pelakunya yakin dengan keajaiban
Allah atasnya
√ Berpasrah Allah seharusnya membuat pelakunya kuat , krn Allah
yang mengatur dirinya , juga hadir merampungkan masalahnya
√ Bersilaturahmi , seharusnya membuatnya tersenyum. Bukankah
Nabi mengabarkan bahwa silaturahmi itu mendatangkan rejeki , memanjangkan umur
dan menolak bala ` ?.
√ Sedekah , seharusnya membuat kita yakin akan pertolongan
Allah.
√ Bersyukur , seharusnya menyadarkan kita supaya kita yakin
terhindar dari azab.
Agama , seharusnya membuat pemeluknya tahan pukul menghadapi
hujan derita. Apabila agama itu dipeluk dan ditaati isinya. Agama , seharusnya
bisa membuat penganutnya berani melewati waktu .
Bagaimana dengan kita ?.
Moo Waw
EmoticonEmoticon