MENJADI YANG SEDIKIT
Oleh : Ustadz Wawan
Setahu saya , masjid ~ masjid akan mulai sepi peminat setelah
pesta lebaran usai . Setahu saya , Taman Pendidikan Al Qur an mulai sepi
pengunjung setelah pesta lebaran usai . Rumah Allah mulai tidak populer . Ayat
~ ayat Allah mulai malas dipelajari . Itulah pembacaan saya yang bersifat
subyektif . Sekali lagi , subyektif . Sumangga kersa , mau ditarik ke ruang
obyektif ( baca : diobyektifikasi ala almarhum Kuntowijoyo ) atau cukup menjadi
fakta subyektif saja .
Walhasil , di sisi manakah letak kemenangan Iedul Fitri ? . Ied
Fitri secara bahasa bermakna dibolehkannya makan pagi alias larangan puasa .
Pada tataran istilah , ditarik menjadi bermakna lain . Yaitu , kembali kepada
fithrah . Sedangkan fithrah manusia itu ya jadi manusia dan bukan menjadi Tuhan
. Fithrah manusia itu memahabesarkan Allah dan memahakecilkan dirinya sendiri .
Lihatlah Surat 51 : 56 ! .
وما خلقت الجن والإنس الا
ليعبدون
Artinya , dan tiada AKU Allah ciptakan jin dan manusia kecuali
hanya untuk menghambakan diri kepadaKU
Dengan Ied Fitri bermakna pulang ke fithrah ( baca :
menghambakan diri kepada Allah ) , seharusnya usai lebaran lebih gila ~ gilaan
ibadahnya kepada Allah . Itulah IDEALITA . Yang seharusnya begitu .
Dan REALITA berbeda dengan IDEALITA . Tuhan Allah , tidak lagi
seksis untuk diperbincangkan setelah lebaran. Tak ada mesin pahala sebesar
lailatul qadar yang sanggup membius kemalasan menjadi antusias . Tak ada mesin
keberkahan yang sanggup menandingi riuhnya ritual di bulan suci . Karena ,
bulan suci itu hanya sekali dalam setahun .
Dalam ranah sosial , hanya sedikit orang yang mau konsisten
untuk bertuhan . Hanya sedikit orang yang mau konsisten untuk selalu
menjalankan 5 waktu . Dan ijinkan saya untuk memberikan kesimpulan sederhana
," maka wajar bila kebahagiaan itu hanya dimiliki oleh sedikit orang
" . Maaf jika panjenengan / antum / ANDA sekalian kurang berkenan .
Ketika Tuhan Allah jarang disapa , jarang diajak bicara lewat
doa dan shalat , lalu Tuhan yang mana yang sanggup memberi kita kebahagiaan ? .
Maka , lebaran itu bisa menjadi " kemenangan yang membahayakan " jika
setelahnya
~ lebih sedikit syukurnya
~ lebih pesimis menghadapi hidup
~ lebih bergantung kepada isi dompet
~ lebih berat untuk mendekati Allah
~ lebih susah menjalankan sunnah
~ lebih pesimis menghadapi hidup
~ lebih bergantung kepada isi dompet
~ lebih berat untuk mendekati Allah
~ lebih susah menjalankan sunnah
Dus , tidaklah mengherankan bila saya sesekali nyeletuk ,"
aku ora gumun yen sasi poso akeh wong sregep ngibadah , jal yen liyane poso ?
" . Artinya , saya tidak terlalu heran dengan hiruk ~ pikuknya orang
" menghambakan diri kepada Allah " di bulan Ramadhan . Coba di luar
Ramadhan .
Sarkastik , memang. Eitt , tapi yang saya tembak bukan konsep
Allah . Tetapi , yang saya tembak adalah " historisitas menghambakan diri
kepada Allah " ala Amin Abdullah . Karena , historisitas itu produk
manusia . Tidak ada bid`ah dan kesesatan untuk mengktitisinya . Sekali lagi ,
yang saya tembak adalah made in manusia dan bukan made in Allah . Syahdan ,
saya memiliki harapan . Untuk diri saya sendiri . Juga untuk panjenengan /
antum / ANDA sekalian . Semoga kita masuk ke dalam sebuah golongan kecil .
Kecil wujudnya dan sedikit penghuninya .
قل هو الذي انشأ كم وجعل لكم
السمع والأبصار والافئدة قليلا ما تشكرون
Artinya , katakanlah bahwasanya DIAlah Allah yang telah
menciptakan bagi kalian pendengaran , penglihatan dan hati . Namun sayang ,
HANYA SEDIKIT di antara kalian yang bersyukur ( QS . 67 : 23 ) .
Semoga , kita termasuk golongan yang berpenghuni sedikit seperti
tertuang di ayat tadi . Yaitu golongan ahli syukur . Semoga dan semoga .
Ustadz Wawan
Kahyangan , 26062016
Kahyangan , 26062016
EmoticonEmoticon